Dalam
tulisannya, Yuni mengulas pendapat Sri Kolaka, Kapus Pemanfaatan Sains
Antariksa Lapan. Disebutkan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare
dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer
Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom
Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan
lontaran partikel berkecepatan 400 Km per detik.
Ditengah maraknya isu kiamat yang diramal suku Maya akan terjadi tanggal 21 Desember 2012, sudah cukup meresahkan. Kini berkembang pula analisa tentang kemungkinan terjadinya tsunami Matahari atau disebut juga badai Matahari pada tahun 2012. Isu tersebut makin meresahkan plus merisaukan masyarakat.
Sebagai ummat beragama, tentu semua isu itu sepenuhnya berada dalam kekuasaan Sang Khalik. Kalau Dia berkehendak, maka semuanya dapat terjadi. Sebagai manusia biasa, kita wajib berikhtiar dan belajar. Kita hendaknya tidak berpasrah diri terhadap isu tersebut, tetapi harus mempelajari apa sesungguhnya yang sedang dan akan terjadi di alam semesta ini.
Apa sebenarnya Badai Matahari? Kompasianer juga bingung, karena sangat awam terhadap istilah Badai Matahari. Oleh karena sering diulas di televisi dan media massa, berarti isu ini penting dan bukan khayalan. Kompasianer mencoba mencari informasi itu di situs pencari Google, dan banyak informasi ditemukan. Salah satu sumber informasi menarik adalah yang ditulis Yuni Ikawati di Kompas.com tanggal 26 Nopember 2008.
Lalu setelah ledakan itu, apa yang terjadi. Sri Kolaka menambahkan gangguan cuaca Matahari ini dapat mempengaruhi kondisi muatan antariksa hingga mempengaruhi magnet bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, dan transportasi yang mengandalkan sistem navigasi GPS dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan dan kesehatan manusia.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperingatkan jika sepanjang tahun 2012 dan 2013 aktivitas Matahari tengah meningkat dan mengakibatkan badai Matahari yang lebih sering di Bumi.
Badai matahari (coronal mass ejection/CME) merupakan pelepasan energi besar radiasi dan gas pembakaran dari permukaan Matahari. Radiasi ini menyebar ke luar angkasa dan akan sampai ke atmosfer Bumi. Badai matahari yang cukup besar bahkan bisa mengakibatkan badai magnetik di Bumi hingga kerusakan listrik, sinyal telepon, dan kekacauan Global Positioning System (GPS).
Fenomena alam pelepasan plasma panas dari Matahari sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi. Tapi aktivitas Matahari tengah memasuki siklus 11 tahunan, di mana akan mencapai puncaknya pada 2013 nanti.
Di ujung tahun 2011 diperkirakan akan terjadi beberapa kali badai matahari antara tanggal 28 dan 31 Desember. Namun, penduduk Bumi tidak perlu khawatir karena badai kali ini tidak akan menimbulkan kekacauan alam. Malah, akan menghasilkan fenomena alam indah, aurora.
"Ada 20-40 persen peluang terjadinyna badai geomagnetik," ujar Solar Dynamics Observatory NASA dalam akun Twitternya. "Jika Anda tinggal di dataran tinggi, coba perhatikan terjadinya aurora."
NASA juga menegaskan sudah siap untuk mengatasi badai matahari ini. Namun, yang disayangkan adalah terganggunya kehidupan sosial masyarakat karena saat ini mereka sudah sangat tergantung dengan teknologi yang bakal bermasalah saat badai matahari menghantam.
"Masyarakat modern sangat bergantung pada sistem berteknologi tinggi seperti GPS dan komunikasi satelit. Semua ini sangat rentan dengan badai matahari," kata Lika Guhathakurta sebagai ahli fisika dari NASA.
Untuk mengatasinya, NASA mengaku sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan penyedia teknologi untuk mewaspadai dampak badai matahari. (Sumber: International Bussines Time)
Membaca penjelasan tersebut, bergidik juga bulu roma kita. Mengerikan bila badai Matahari benar-benar terjadi. Barangkali prosesnya seperti dinosaurus dimusnahkan dari muka bumi, atau seperti proses hilangnya kota atlantis. Kalaupun kita masih hidup setelah dilanda badai Matahari, kehidupan manusia akan kembali seperti zaman pra-sejarah. Hidup di gua-gua, tanpa listrik dan tanpa alat komunikasi, hanya menggunakan peralatan batu untuk bertahan hidup. Benarkah ini?
Hasil penelitian dan lompatan teknologi yang sudah pernah dicapai, sangat mungkin ikut musnah bersama gelombang panas yang menyertai badai Matahari. Handphone, telepon, internet dan media jejaring sosial yang selama ini telah menghubungkan manusia dengan manusia lain di muka bumi ini, sangat mungkin ikut hancur pula bersama terganggunya sistem kelistrikan dan sistem komunikasi.
Bagaimana membayangkan dunia tanpa listrik dan komunikasi? Hilangkah tulisan-tulisan dan informasi yang telah kita simpan di email, website, atau di media jejaring sosial? Dengan cara apa menyimpan informasi, formula-formula keilmuan dan teknologi kepada mereka yang selamat dari badai Matahari ini? Haruskah informasi itu ditulis di batu, prasasti, buku tahan api atau lempengan logam tahan panas?
Pertanyaan-pertanyaan itu yang perlu diperhatikan dan dicermati oleh semua pihak dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk pasca badai Matahari yang diperkirakan ilmuan akan terjadi. Kalaupun nantinya kita, atau para ilmuan tidak selamat dalam menghadapi badai Matahari itu, sekurang-kurangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mampu kita capai harus dapat diwariskan kepada generasi yang selamat dari badai itu.
Mudah-mudahan kemungkinan ini mendapat perhatian semua orang. Manusia hendaknya tidak terpaku kepada kekhawatiran dan ketakutan akan dampak badai Matahari. Tubuh boleh mati dan punah, tetapi ilmu dan hasil karya hendaknya dapat dipelajari oleh orang lain. Semuanya mari kita kembalikan kepada Sang Khalik Yang Maha Kuasa, kita ini hanya manusia yang lemah dan kecil. Wallahualam bissawab.
0 komentar:
Posting Komentar