“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan apa yang ada di Bumi…”(QS : Al-Baqoroh 284)
Entah kenapa ada saja rasa takut yang hinggap saat berada diketinggian, ada rasa was-was yang selalu menyertai bila saya memandang bumi dari ketinggian. Apalagi jika berada dalam pesawat, maka jantung ini akan berdetak kencang selama perjalanan. Rasa Takut ini menjadi “Anugerah“ atau “Musibah”?
Minggu lalu saya di tugaskan ke Bogor, mendampingi pengusaha kecil menengah untuk belajar teknik membuat sepatu dan Tas. Tujuannya untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat Sintang agar mampu membuat sendiri sepatu dan Tas khas Sintang. Yaitu dengan memadukan Tenun Ikat ke dalam sepatu dan tas yang akan dibentuk.
Sebenar ini adalah perjalanan yang sangat menyenangkan, karena akan menjadi pengalaman baru bagi saya yang notabene adalah seorang pegawai baru, sehingga akan menambah wawasan. Namun apa daya, memang saya akui dalalm diri ini ada High Phobia (Takut Ketinggian), sehingga perasaan saya waktu itu ada diantara “Senang” dan “Stress”. Hal yang semakin membuat saya tidak tenang, adalah betapa belum siapnya saya untuk mati, terlalu banyak dosa dan kesalahan saya kepada Allah, setidaknya selama satu tahun terakhir ini, dosa itu menjadi-jadi. Sholat yang mulai terbengkalai, Hafalan yang terlupakan, aktifitas dakwah yang vakum dan lainnya. Intinya, saya futur.
. .Saat mengudara ribuan kaki diatas langit, tak ada orang yang bisa menolong bila terjadi kecelakaan. Bisa terbang dan mendarat dengan selamat itu kemungkinannya hanya beberapa persen, selebihnya adalah kemurahan ALLAH …
(Kapten Abdul Rozak- pilot Garuda Indonesia)
Tapi Allah itu maha lembut.. dan sangat sayang kepada hamba-Nya, sekalipun hamba-Nya sering lupa kepada-Nya.. oleh karena itu Allah tidak ingin saya semakin terlarut dalam ke-futur-an, sehingga kembali dan kembali lagi mengingatkan saya melalui perjalanan tugas ini. Allah tahu akan kelemahan saya, Allah tahu saya takut ketinggian.. setidaknya dengan berangkatnya saya menggunakan pesawat, itu mengingatkan saya akan kematian yang selalu mengintai, bisa saja pesawat yang terjadi akan mengalami kecelakaan atau apapun itu. Otomatis selama menaiki pesawat, saya teringat tentang kecelakaan-kecelakaan pesawat yang pernah terjadi. Saya juga teringat cerita dalam buku “Kesaksian Seorang Pilot” Tulisan Mantan Pilot Anas Al-Qauz. “wah apakah penerbangan ini akan berakhir dengan kecelakaan…?? Ya Allah….Apa akibat dari ketakutan itu? Saya kembali memperbanyak ibadah, selalu ingat akan perjumpaan kepada Allah..Maha Lembut Engkau Ya Allah…
Di internet beredar rekaman pembicaraan yang disebut-sebut sebagai rekaman terakhir pembicaraan di kokpit pesawat naas AdamAir dengan nomor penerbangan KI 574 tujuan Surabaya-Manado yang jatuh di perairan Majene, Sulawesi Barat, 1 Januari 2007 silam.
Rekaman berdurasi 5:38 menit itu merupakan percakapan dua orang lelaki dengan latar belakang suara gemuruh di sepanjang percakapan. Seorang lelaki dalam percakapan itu dipanggil “Kep” (Captain). Lelaki yang satunya lagi tidak bisa diidentifikasi.
Di awal percakapan mereka membicarakan tentang cuaca yang buruk dan ketidakjelasan posisi. Pilot kemudian memutuskan untuk terbang menggunakan sesuatu yang disebutnya “attitude”.
Menjelang akhir rekaman, kedua orang itu banyak menyebut angka. Radio komunikasi tidak putus-putus berbunyi. Di akhir percakapan, nada suara kedua orang itu terdengar panik. Suara lelaki yang dipanggil “Kep” berulang kali berteriak, “Coba naik…Coba naik….”
Lalu suara gemuruh terdengar lebih keras dan kedua orang itu berulang-ulang menyebut asma Allah, “Allahu Akbar…Allahu Akbar…” Kemudian terdengar suara seperti benturan diikuti teriakan asma Allah yang panjang dan rekaman itu berakhir.
Ya perjalanan panjang yang melelahkan itu, Alhamdulillah menjadi perjalanan spiritual bagi saya, semakin menambah makna hidup dan kehidupan. Jadi teringat sabda Rasul yang menjelaskan bahwa “Perjalan itu sebagian dari Azab”, memang selama perjalanan selalu saja ada hal-hal yang menggoda, misalnya pakaian wanita yang tidak tertutup atau mungkin kesempatan-kesempatan lainnya..tetapi dengan izin Allah, diri ini terlalu sibuk memikirkan kematian akibat ketakutan akan ketinggian. Huufff……. dan Alhamdulillah, saya ada membawa buku “The Seven Islamic Daily Habits, tulisan seorang ‘alim yang saya kagumi, Ustadz Harjani Hefni, sehingga dengan membaca buku itu semakin mengingatkan saya akan kebesaran Allah Azza Wa Jalla.
Dalam perjalanan, saya pun merenungi yang saya alami. Apakah lumrah seorang manusia takut akan ketinggian? Apakah saya abnormal? Wallahu’alam.. saya bersyukur takut akan ketinggian, karena perjalanan jauh yang identik dengan hura-hura, dapat diredam dengan takut ketinggian (ingat mati). Coba seandainya saya tidak takut ketinggian, mungkin saya akan memanfaatkan perjalanan itu untuk kesenanganyang melenakan atau mungkin saja saya lakukan untuk berbuat maksiat.
tapi yang saya ketahui Allah pun memiliki nama AL-‘ALIY (Yang Tertinggi). Sehingga ketakutan saya akan ketinggian merupakan suatu kewajaran, karena Tuhan yang saya sembah adalah yang Maha Tinggi…
“Dengan nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak celaka sesuatupun yang ada di bumi dan di langit, dan Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”
0 komentar:
Posting Komentar